Pulo Sarok & Cangkang Kerang Mungil


Lautan yang berwarna keemasan

Tak pernah ada yang bisa menyaingi ketentraman yang diberikan oleh gemuruh yang dihasilkan ombak. Air asin yang bergulung-gulung kemudian terhempas di bibir pantai.
Buih-buih putihnya seolah-olah air tumpahan susu. Putih berjejak.

Sejauh mata memandang, awan-awan putih terlihat begitu rendah, letaknya seolah-olah dapat dijangkau. Tapi, tunggu dulu, itu terletak sangat jauh.

Kilauan kuning dan jingga turun ke bumi, memberikan pantulan cahaya indahnya ke laut. Sekarang semua tampak berkilauan. Aku yakin kedua bola mataku terpantul cahaya keemasan itu sekarang.

Alam menyuguhkan pemandangan luar biasa.

**
Ugh, sampah plastik!

Aku hampir saja terus mengagumi keindahan lautan dari jauh.
Tak dapat menahan keinginan berjalan ke bibir pantai.
Belum jauh dari pondok, aku menemukan sampah!
Ya salam, iya, sampah!


Bagaimana para pengunjung tidak memiliki hati nurani terhadap alam! Betapa kita sudah menjadi manusia tidak bersyukur atas suguhan alam yang begitu rupawan.

Kenapa tidak terlihat dari pondok?
Usut punya usut, sampahnya terbenam di pasir lautan. Tidak ada yang perduli.


**
Aku merindukan cangkang kerang warna-warni di bibir pantai

Sesekali aku perlu mendatangi pantai untuk melepas lelah dan penat dari beban pikiran yang menghantui. Semacam daya tarik magnet, debur ombak menarik semua rasa penat, lelah, dan capai.

Aku punya kenangan indah dengan cangkang lautan. Dahulu kala, ketika menginjak usia sekolah, aku sering ke pantai.
Dengan mendayung sepeda, aku pergi dengan antusias.
Dahulu, aku senang mengutip cangkang kerang yang berwarna-warni di bibir pantai. Bentuknya, warnanya, ukurannya begitu eksotis.
Itu momen paling menyenangkan di dunia.

Sekarang, di mana aku bisa mendapatkan cangkang kerang cantik tersebut?
Coba katakan!

Komentar

Postingan Populer