Sensei Ferhat : Part 2

Aku di antara kebingunganku. Padahal teman-teman lainnya udah paham materinya kemana.
Kemana fokusku?
Haft..

Diksiku selalu fantasi. Melayang dan meliuk-liuk dan akhirnya mendarat di tanah merah basah yang bahkan aku tak mengenal tanah tersebut.

Oleh sebab itu, aku susah dan merasa terbebani kalau harus diminta buatkan puisi oleh teman-teman kampus.
Sumpah!
Aku tak mahir..

Maka meranalah aku..
Akan tetapi, suatu ketika....

Sensei Ferhat mengatakan bahwa, "Sudah membacakah minggu ini?"
Biasanya, Sensei akan menanyakan hal tersebut tiap kali mengisi kelas menulis.

Tidak berlebihan tentu, karena kita akan akrab dengan diksi yang diperoleh dari bacaan yang sering.

Suatu ketika di RumCay dengan cuaca yang panas...

"Waktu tinggal 15 menit lagi, ayo segera disiapkan,"
Sensei Ferhat mengingatkan, hadirin kelas menulis termasuk aku sama sekali goyah..
Terus menulis..hening dan diam..
Di saat semua sudah menyudahi karyanya, kami diminta satu-satu menerangkan dan membacakan karya kami dan Sensei akan mengoreksinya.

Terus terang.
Tiap ikut kelas menulis sama Sensei Ferhat perasaan jadi degdegan. Wajar saja, selain karena beliau sudah punya karya yang kece, penuturannya juga tidak bertele-tele.
Tapi, eits!
Jangan berkecil hati kalau karya kita dikritik, itu bukan berarti karya kita jelek tapi itu berarti diksi dan karya kita memang belum sepenuhnya sempurna.

Sensei Ferhat.
Ngomong-ngomong, kalian kenal tidak siapa Sensei Ferhat?

Kalau belum, ya cari tahu, dong.
Tapi jangan tanya Pak Keuchik gampongmu ya, ngga bakal kenal.
Ya iya donk!

Carinya di google+ Ferhat Muchtar.
Pasti jumpa.
Jangan gagal fokus, ya!
Jumpa webnnya bukan orangnya.

Komentar

Postingan Populer