Part 4: Hizbullah Syihab Pejuang Terakhir

"Hizb, kau sedang apa?" Tegurku pada Hizbullah, sebenarnya agak tengsin sih, mau negur Hizbullah. Tapi, aku tidak punya pilihan lain.
"Ada apa?" Jawabnya singkat.
"Hmm..tidak, aku hanya mau tahu kabarmu?" Ya Tuhan! Perasaanku jadi jungkir balik kepada Hizbullah.
"Tumben banget kamu mau negur aku, Ai," Ucapnya sambil tertawa pelan, aku menelan ludah.
"A-aku...mau bilang terima kasih untuk bantuannya dua hari yang lalu..." Ucapku sungguh-sungguh.
"Hanya itu? Tidak adaa yang lain?" Tanya Hizbullah sambil memandang wajahku.
"I-iya, hanya itu...memangnya apa lagi yang lain?" Apa maksudnya? Aku bingung.
"Hmmm..." Jawab Hizbullah kemudian.
"Hizbullah, mulai saat ini kita partner dan jangan sungkan minta tolong apapun padaku," aku menawarkan bantuan sungguh-sungguh sambil mengulurkan tangan pada Hizbullah. Dia hanya menatap bisu uluran tanganku.
"Maaf, bukan muhrim." Ucapnya menolak uluran tanganku. Aku terkesiap dan menarik tanganku reflek..
"Oh, baiklah!"

**
Kepalaku celingukan tidak jelas memandang ke sekeliling, jaga-jaga kalau Hizbullah tidak sedang di kantor.
Aku berjalan cepat dan mencolek bahu Irwan dan menarik tangannya cepat keluar ke balkon.
Irwan agak jengkel dengan sikapku.
"Ai!" Bentak Irwan jengkel
"Sstttt...." Aku memberi isyarat "diam Irwan!"
Irwan menatap wajahku heran.
"Irwan, aku mau tanya sesuatu,"
"Tanya saja!" Ucapnya masih dengan nada jengkel.
"Irwan.....hmm...aku mau tanya sesuatu yang agak pribadi.." Ucapku agak berbisik.
Irwan bertanya singkat, "Apa?"
"Irwan, apa menurutmu Hizbullah menyukaiku?" Tanyaku hati-hati.
Tiba-tiba Irwan tertawa terbahak-bahak. Aku terkejut dengan reaksinya, aku meninju lengannya.
"Hei, kenapa kau tertawa seperti itu? Bikin kaget saja," Ucapku jengkel.
"Kau, kau mengira Hizbullah menyukaimu?" Masih dengan tawa yang ditahan.
"A-apa?" Aku merasa malu, perasaanku ngga enak.
"Ai, Ai, kau terlambat dan ngga beruntung kalau kau ingin membalas perasaan Hizbullah, dia sudah bertunangan dan Tunangannya sangat muslimah. Dan, bandingkan dengan dirimu?" Ucapnya dengan nada mengejek.
Aku kehilangan kata-kata, aku malu berat!
Oh, no!
Kenapa mendadak perasaan dan pikiranku terus saja mengingat Hizbullah?!
Tidak!!

Komentar

Postingan Populer